Minggu, 13 September 2009

Kamis, 23 Juli 2009

Penangkal petir

Sebuah penangkal petir

Penangkal petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan bagi petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang dilewatinya. Ada 3 bagian utama pada penangkal petir:

  1. Batang penangkal petir
  2. Kabel konduktor
  3. Tempat pembumian

Batang penangkal petir

Batang penangkal petir berupa batang tembaga yang ujungnya runcing. Dibuat runcing karena muatan listrik mempunyai sifat mudah berkumpul dan lepas pada ujung logam yang runcing. Dengan demikian dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik yang ada di awan. Batang runcing ini dipasang pada bagian puncak suatu bangunan.

Kabel konduktor

Kabel konduktor terbuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter jalinan kabel konduktor sekitar 1 cm hingga 2 cm . Kabel konduktor berfungsi meneruskan aliran muatan listrik dari batang muatan listrik ke tanah. Kabel konduktor tersebut dipasang pada dinding di bagian luar bangunan.

Tempat pembumian

Tempat pembumian (grounding) berfungsi mengalirkan muatan listrik dari kabel konduktor ke batang pembumian (ground rod) yang tertanam di tanah. Batang pembumian terbuat dari bahan tembaga berlapis baja, dengan diameter 1,5 cm dan panjang sekitar 1,8 - 3 m .

Cara kerja

Saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan listrik positif di tanah akan segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera merambat naik melalui kabel konduktor , menuju ke ujung batang penangkal petir. Ketika muatan listrik negatif berada cukup dekat di atas atap, daya tarik menarik antara kedua muatan semakin kuat, muatan positif di ujung-ujung penangkal petir tertarik ke arah muatan negatif. Pertemuan kedua muatan menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik itu akan mengalir ke dalam tanah, melalui kabel konduktor, dengan demikian sambaran petir tidak mengenai bangunan. Tetapi sambaran petir dapat merambat ke dalam bangunan melalui kawat jaringan listrik dan bahayanya dapat merusak alat-alat elektronik di bangunan yang terhubung ke jaringan listrik itu, selain itu juga dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Untuk mencegah kerusakan akibat jaringan listrik tersambar petir, biasanya di dalam bangunan dipasangi alat yang disebut penstabil arus listrik (surge arrestor).

Pengamanan Perangkat terhadap petir

Pengamanan perangkat ONU terhadap petir sebenarnya merupakan masalah klasik yang selalu harus dihadapi oleh rekan-rekan MFRAN. Pengamanan perangkat ini secara langsung berkontribusi mengamankan revenue wireline yang pada saat ini semakin lama semakin turun. Dalam tulisan ini saya ingin sharing kepada rekan-rekan dengan mencoba merangkum pengalaman serta pembelajaran mengenai grounding tersebut. Sebelumnya jika ada asumsi dan pemikiran saya yang kurang dalam tulisan ini saya mohon koreksi dan tanggapannya.

Pengamanan pada perangkat ONU terhadap petir sesungguhnya tidak hanya bicara sebatas grounding saja namun juga bicara masalah kualitas integrasi grounding, arrester, dan tegangan netral terhadap ground (Vn-g).

Grounding
Grounding atau pentanahan untuk perangkat ONU sesuai dengan standard Telkom harus mempunyai ukuran <= 1 ohm.

KWH meter sebaiknya mempunyai pole grounding tersendiri dan terintegrasi ke sistem grounding perangkat.
Yang disebut instalasi grounding, jika melihat gambar di atas yaitu mulai dari bar grounding utama sampai dengan grounding rod (stick grounding). Material instalasi grounding terdiri dari bar grounding, kabel grounding (kabel BC), grounding clamp, grounding rod. Material tersebut harus benar-benar asli tembaga, bukan sepuhan. Sebagai contoh untuk stick grounding, harga material asli tembaga tiga kali lebih mahal dibanding dengan stick grounding yang sepuhan tembaga.
Tinggi rendahnya ukuran tahanan grounding tergantung pada :
  1. Komposisi tanah, Tanah hitam yang banyak mengandung organik biasanya merupakan konduktor yang baik karena memelihara kelembaban dalam tanah. Tanah berpasir mempunyai sedikit kelembaban. Tanah berbatu dan abu volkanik tidak mempunyai kelembaban.
  2. Kelembaban tanah, Semakin lembab tanah maka semakin rendah resistivitas tanah-nya.
  3. Temperatur tanah, Temperatur tinggi dan kering atau temperatur di bawah titik beku dapat menyebabkan resistivitas tanah menjadi tinggi.

Mengingat ukuran tahanan grounding sangat bergantung pada resistivitas tanah maka sebelum instalasi grounding sebaiknya dilakukan test resistivitas tanah. Test resistivitas tanah terdiri dari beberapa metode yaitu metoda 4 pole, metoda 3 pole, dan metoda 2 pole. Metoda 4 pole lebih direkomendasikan karena memiliki tingkat akurasi yang lebih baik.

Metoda 4 pole :

  1. 4 pasak test dipasang dalam garis lurus dengan jarak yang sama dan ditanam dalam tanah dengan kedalaman tidak lebih dari 1/20 jarak antar pasak terdekat. Misal jarak antar pasang 1 meter, maka kedalaman ujung pasak berkisar 5 cm.
  2. Alat ukur grounding terpasang seperti gambar di bawah ini. P1 dan P2 adalah probe untuk mengukur tegangan drop. Arus konstan dialirkan ke C1 dan C2.
  3. Pilih test DC, dan tulis nilai resistansi R.
  4. Resistivitas tanah (Soil resistivity) dengan syarat kedalaman pasak < a =" jarak" r =" nilai" p =" 191.5" p =" soil">
  5. Agar hasil ukur lebih akurat, maka pengukuran dilakukan dengan : Jarak A untuk 1 arah diukur bervariasi misal mulai dari jarak 1,5 m, 3m, 6m,9m,dst. Arah pengukuran minimal 3 arah.
  6. Pilih arah yang mempunyai resistivitas paling kecil untuk penanaman grounding rod.

Instalasi grounding mempunyai titik kritis sebagai berikut :

  1. Kualitas penyambungan kabel grounding dengan bar grounding. Penyambungan kabel grounding dengan bar grounding sebaiknya tidak menggunakan skun kabel dan sekrup, tapi di-las menggunakan las tembaga. Untuk sistem pengelasan yang mempunyai kualitas baik direkomendasikan menggunakan CADWELD PLUS.
  2. Kualitas penyambungan kabel grounding dengan grounding rod Sama halnya dengan penyambungan kabel grounding dengan bar grounding, sebaiknya disambung menggunakan CADWELD PLUS.
  3. Penanaman kabel grounding Penanaman kabel grounding yaitu kabel yang menghubungkan antara bar grounding dan stick grounding. Kabel grounding tersebut harus ditanam di kedalaman sekitar 70 cm. Kabel grounding yang digunakan minimal menggunakan BC-35. Untuk mendapat hasil grounding yang lebih baik, kabel grounding dapat diselubungi campuran arang dan bubuk semen super konduktif khusus grounding + air misal GEM (Ground Enhanced Material). Penggunaan semen superkodukif ini diperlukan untuk menurunkan tahanan grounding dan memelihara tahanan grounding rendah secara permanen. Tahapan penanaman kabel grounding dengan GEM dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

  4. Penanaman grounding rod Pangkal Grounding rod atau stick grounding ditanam dikedalaman 15 cm dari permukaan tanah. Grounding rod yang digunakan minimal menggunakan diameter ¾ inchi. Untuk mendapat hasil grounding yang lebih baik, kabel grounding dapat diselubungi campuran arang dan bubuk semen super konduktif khusus grounding + air misal GEM (Ground Enhanced Material). Tahapan penanaman grounding rod dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Integrasi Grounding

Integrasi grounding yaitu integrasi dari perangkat ke bar grounding dan integrasi dari bar grounding ke bar grounding lainnya.

Prinsip dari integrasi grounding yaitu :

  1. Kualitas penyambungan antara kabel grounding (BCC) ke perangkat. Penyambungan kabel grounding ke perangkat wajib menggunakan skun. Kabel dikoneksikan ke pole grounding yang tersedia pada perangkat.
  2. Kualitas penyambungan antara kabel grounding (BCC) ke bar grounding. Penyambungan kabel grounding ke bar grounding wajib menggunakan skun dan ring. Sekrup yang digunakan sebaiknya menggunakan bahan tembaga agar tidak mudah berkarat. Jika memungkinkan, sebaiknya kabel grounding dilas menggunakan CADWELD PLUS.
  3. Alur kabel grounding tidak boleh bertumpukan dengan kabel lainnya.
  4. Semakin panjang alur kabel, maka kabel yang digunakan sebaiknya diameter kabel semakin besar. Untuk kabel grounding dari perangkat ke bar grouding pada ONU biasanya berkisar 1-2 meter, maka minimal menggunakan kabel BCC -10 sedangkan untuk kabel grounding antar bar grounding di ONU minimal menggunakan kabel BCC-25.
  5. Semakin besar kabel semakin baik untuk grounding, semakin besar kabel grounding semakin kecil tahanannya. Ingat rumus : R = ρ (Ω mm2/m) x l(mtr)/A(mm2) dengan ρ = resistivitas, l = panjang label, A = luas penampang kabel.
  6. Bar grounding yang terpasang wajib menggunakan isolator, misal isolator antara bar grounding dengan tembok, isolator antara bar grounding dengan rack MDF.
  7. Hasil ukur tahanan penyambungan grounding diusahakan <>

Integrasi grounding pada ONU atau perangkat radio :

  1. Perangkat Radio(IDU)/OLTE/DLC/Rectifier ke bar grounding
  2. Rack MDF/DDF ke Bar Grounding
  3. Back Mount Frame (BMF) LSA Plus ke grounding
  4. Bar Grounding perangkat ke bar grounding utama.
  5. IDU-ODU pada sistem radio
  6. Grounding Kit pada sistem radio yang terkoneksi dengan kabel grounding ODU-IDU, terpasang pada lokasi sbb : Kabel feeder dekat antena,Kabel feeder posisi horizontal dekat dengan posisi vertikal(pada bagian bawah tower),Kabel feeder dekat dengan perangkat, Jika kabel feeder posisi vertikal dipasang dg jarak maksimal antar grounding kit yaitu 60 meter.

Arrester

Arrester merupakan pengaman perangkat terhadap arus lebih atau tegangan lebih yang diantaranya diakibatkan oleh petir. Pada perangkat ONU biasanya yang dipasang yaitu arrester yang bertype untuk over voltage protection.

Pemasangan arrester pada perangkat ONU yaitu :

  1. Arrester tegangan AC setelah MCB PLN (sebanyak 2 bh baik untuk L maupun N). Yang harus diperhatikan pada PDB yaitu bar untuk Netral dan bar untuk grounding terpisah.
  2. Arrester tegangan DC setelah rectifier.(sebanyak 2 bh, baik untuk (+) maupun (-)). Yang harus diperhatikan pada PDB yaitu bar untuk (+) dan bar untuk grounding terpisah.
  3. Arrester Feeder baik di saat masuk ke ODU maupun IDU dipasang tiap tarikan kabel feeder.
  4. Arrester pada Terminal Blok Terminal blok pada ONU biasanya menggunakan terminal blok type LSA Plus yang bertype connection module. Terdapat kelemahan untuk terminal blok type ini, yaitu jika arrester tidak terpasang dengan benar, line telepon masih dapat dipergunakan. Sehingga sebaiknya terminal blok yang digunakan yaitu type LSA Plus yang bertipe disconnection module. Pada type terminal blok ini, line telepon baru bisa aktif jika arrester dipasang.

Tegangan netral terhadap ground

Standard tegangan netral PLN terhadap ground Vn-g yaitu <> 2 volt maka direkomendasikan menggunakan Isolation Transformer.

CARA MEMBACA ALAT UKUR

Pada dasarnya, besarnya energi yang telah dipakai oleh pelanggan ditunjukkan dengan angka-angka (register) yang tertera pada alat ukur kWh meter.

Jumlah pemakaian yang sebenarnya dihitung berdasarkan angka-angka yang tertera pada register sebelumnya (awal) yang dikurangkan terhadap angka-angka yang tertera pada register terakhir (akhir) atau dapat dinyatakan dengan rumus kWh = (selisih pembacaan meter kWh) x Faktor Meter.

Selisih pembacaan meter kWh = Penunjukan meter bulan ini - Penunjukan meter bulan lalu

Faktor Meter = Rasio CT x Rasio PT x Faktor Register

Contoh: Cara membaca alat ukur

A. Pelanggan Tegangan Rendah (TR) yang tidak memerlukan CT
(pelanggan dengan tarif: S2 - R1 - R2 -R3 - U1).

-Untuk tarif: S2 - R3 - U1:
Contoh:
Stand meter bulan ini : 07139
Stand meter bulan lalu : 06825
--------------------------------------------------
Selisih pembacaan stand meter : 314 (pemakaian kWh)

- Untuk tarif: R2 - R2
Contoh:
Stand meter bulan ini : 15762
Stand meter bulan lalu : 15493
---------------------------------------
Selisih pembacaan stand meter : 269 (pemakaian kWh total)

Pemakaian blok I = 60 jam x daya terpasang 1300 VA = 78 (kWh)
---------------------------------
1000

Pemakaian blok II = pemakaian total - pemakaian blok I = 191 (kWh)

B. Pelanggan Tegangan Rendah (TR) yang menggunakan CT
(pelanggan dengan tarif: S3 - R4 - U2)

Stand meter bulan ini = 70495
Stand meter bulan lalu = 68231
selisih pembacaan meter = 2264 x Faktor meter (CT)
= .......... Pemakaian kWh

C. Pelanggan TM dipasang kWh Meter merk Fuji tipe FF23HTI,
100v 5 A, 3 fase 4 kawat, dengan:

Trafo arus terpasang = 100/5 A, Rasio CT = 20
Trafo tegangan terpasang = 20.000/100 V, Rasio PT = 200
Faktor register = 1
Stand meter bulan ini : LWBP = 5.690 dan WBP = 2.516
Stand meter bulan lalu : LWBP = 5.600 dan WBP = 2.500

Jadi : Selisih pembacaan meter LWBP = 5.690 - 5.600 = 90
Selisih pembacaan meter WBP = 2.516 - 2.500 = 16

Maka: Pemakaian kWh LWBP = 20 x 200 x 1 90 = 360.000 kWh
Pemakaian kWh WBP = 20 x 200 x 1 16 = 64.000 kWh

Catatan:

-Bila pada meter kWh tidak tercantum adanya faktor register (konstanta), maka faktor register dianggap = 1
-Untuk pengukuran tegangan rendah (TR), tidak ada rasio PT


D. Pelanggan dipasang kWh Meter merk Mecoindo tipe A6C1, 3 fase
4 kawat, 25/5 A, P/S 20.000/V3/100/V3, 50 Hz, dengan:

Trafo arus terpasang = 100/5 A
Untuk kWh Meter jenis ini ada Arus Pengenal Meter 25/5 A, maka
rasio CT sebenarnya menjadi = 100/5 : 25/5 = 4 Meter jenis ini
dirancang untuk dipasang pada tegangan meneengah 20.000 VOLT,
jadi rasio PT tidak dihitung. Faktor register = 200

Stand meter bulan ini : LWBP = 08970 dan WBP = 03540
Stand meter bulan ini : LWBP = 07920 dan WBP = 03030

Jadi : Selisih pembacaan meter LWBP = 8970 - 7920 = 1050
Selisih pembacaan meter WBP = 3530 - 3030 = 510

Maka : Pemakaian kWh LWBP = 4 x 200 x 1050 = 840.000 kWh
Pemakaian kWh WBP = 4 x 200 x 510 = 408.000 kWh

E. Pembacaan pemakaian energi reaktif

Cara pembacaan dan perhitungannya sama dengan pembacaan kWh Meter.

Pemakaian kVARh = (Selisih pembacaan kVARh) x Faktor meter
Selisih pembacaan kVARh = Penunjukan kVARh bulan ini - Penunjukan kVARh bulan lalu
Faktor meter = Rasio CT x Rasio PT x Faktor register

Contoh:

1. Pelanggan h-3/TM, pengukuran TM dipasang kVARH merk Osaki tipe
OR91SH, 58/100 V, 5A, dengan:

Trafo arus (CT) terpasang = 125/5 A
Trafo tegangan (PT) terpasang = 20.000/100 V
Stand meter kVARh bulan ini = 7.860
kVARh bulan lalu = 6.750
Konstanta meter = 0,1
Faktor meter = 125/5 x 20.000/100 x 0,1 = 500
Selisih pembacaan kVARh = 7.860 - 6.750 = 1.110
Pemakaian kVARh = 1.110 x 500 kVARh = 555.000 kVARh

2. Pelanggan h-3/TM, pengukuran TM dipasang kVARh merk Enertec tipe C3V4ROU,
20.000/100, 5 A, 3 fase 4 kawat, dengan:

Trafo arus (CT) terpasang = 80/5 A
Trafo tegangan (PT) terpasang = 20.000/100 V
Stand kVARh Meter bulan ini = 3.349
bulan lalu = 124

kVARh Meter jenis ini mempunyai register = 10 dan dilengkapi dengan
PT yang sesuai dengan PT terpasang, sehingga:

Faktor meter = 80/5 x 10 = 160
Selisih pembacaan kVARh = 2.349 - 124 = 2.225
Pemakaian kVARh = 2.225 x 160 = 356.000 kVARh

F. Cara pembacaan pemakaian daya listrik

Pemakaian daya maksimum oleh pelanggan setiap bulannya

Meter jenis ini dipasang untuk mengetahui daya maksimum yang dipakai pelanggan tiap bulannya. Bila dipasang kW Max, maka hasil perhitungannya masih harus dibagi dengan faktor daya sebesar 0,85. Golongan pelanggan yang dipasangi alat ini adalah hotel (H-3) I5, dan industri Tanur Busur (I-4). kW Max atau kVA Max yang dipasang adalah dengan interval 15 menit. Yang dimaksud dengan istilah daya terukur maksimum dengan interval 15 menit adalah "Nilai daya terukur maksimum untuk tiap bulan sama dengan 4 (empat) kali nilai tertinggi dari kVA yang dipakai selama tiap 15 (lima belas) menit terus menerus dalam bulan tersebut".

Untuk saat ini kVA Max yang terpasang kebanyakan dari jenis yang menggunakan jarum penunjuk. Rumusnya dapat dituliskan:
Daya terukur = Penunjukan meter x Faktor meter
Faktor meter = CT terpasang : CT meter x PT terpasang x register

 Contoh:
Pelanggan Tanur Busur I-4/TM, pengukuran TM, dipasang MW Max merk
Enertec tipe A7A11, 3 fase 3 kawat, 50 Hz, 3 x 600/5A, 3 x 20.000/100
V, dengan:

Trafo arus terpasang = 300/5 A
Trafo tegangan terpasang = 20.000/100 V
Penunjukan meter = 20
Faktor register = 1
Faktor meter = 300/5 : 600/5 x 20.000/100 : 20.000/100 x 1 = 0,5
Daya terukur = 20 x 0,5 = 10 MW

Tips Memilih Kabel


Kabel yang digunakan pada kendaraan (mobil, motor, truk dsb) dikategorikan sebagai Auto-Cable. Yaitu kabel yang spesifikasinya disesuaikan dengan keperluan kendaraan pada umumnya, dengan tegangan kerja 12/24 volt DC. Tidak seperti kabel lainnya, Auto-Cable diukur dari diameter luar keseluruhan atau tebal kabel. Sementara tebal dari isolasi terhadap konduktornya (tembaga/aluminium) hanya setebal 0.5mm-1mm saja.

Jadi untuk kabel yang tebalnya 8mm (8AWG), tebal kawat konduktor di dalamnya hanya sekitar 6mm-7mm (diameter).

Konversi ukuran standar AWG (American Wire Gauge) dengan standar Metric (mm2)

Tidak tepat apabila kabel listrik rumah digunakan untuk keperluan pelistrikan kendaraan, karena spesifikasi peruntukannya berbeda.

Auto-cable mempunyai isolasi yang dirancang cukup tahan terhadap suhu panas dan minyak/oli. Sehingga tidak mengganggu kemampuan untuk melindungi kawat di dalamnya. Jika mudah meleleh atau bereaksi dengan minyak/oli maka bisa menyebabkan short-circuit atau korslet.

Gunakanlah auto-cable untuk keperluan pelistrikan kendaraan. Auto-Cable diperjual-belikan di toko asesoris atau onderdil otomotif. Ada banyak macam kualitas kabel, pilihlah yang isolasi luarnya mengkilap atau halus, ada tulisan merek kabel (tidak polos), isi kawat konduktor berbahan dasar tembaga murni mengkilap dan tebal. Mudah ditekuk / lentur.

PILIH KABEL YANG MANA YA?

Jika kita ingin mengaplikasi sesuatu perangkat di kendaraan kita, kita perlu memilih kabel ukuran berapa yang diperlukan agar aman dan perangkat bekerja dengan baik.
Katakanlah kita menggunakan Accu bertegangan 12 VOLT, dengan tabel di bawah, kita tinggal mencocokkan arus yang dipakai perangkat kita atau daya yang digunakan perangkat, kemudian berapa panjang kabel dari Accu menuju perangkat. Maka akan terbaca berapa ukuran tebal kabel yang diperlukan.

Perancang kendaraan khususnya teknisi listrik (electrical) sudah memperhitungkan kabel dengan tebal berapa yang digunakan untuk tiap fungsi di kendaraan tersebut. Tentunya dengan memperhitungkan juga panjang kabel yang dibutuhkan untuk menyambung satu titik komponen ke komponen lainnya.

Semakin panjang kabel, akan ada kerugian tegangan yang diakibatkan adanya resistansi pada kawat konduktornya. Kawat yang digunakan umumnya ada dua macam, yaitu berbahan dasar Tembaga murni dan Aluminium. Yang terbaik adalah yang berbahan dasar tembaga.

Semakin tebal, semakin baik. Namun untuk industri kendaraan, tetap memperhitungkan biaya produksi kendaraan. Tentunya pemakaian kabel yang tebal lebih mahal ketimbang yang tipis/kurus. Sehingga digunakan perhitungan yang tepat dan akurat berapa tebal kabel yang paling efisien dan efektif untuk keperluan di tiap komponen. Tidak heran apabila kita menemukan berbagai macam ketebalan kabel pada sistem pelistrikan kendaraan kita.

Saya coba tunjukkan, kerugian tegangan yang terjadi pada kabel berkawat tembaga murni dengan panjang 3 meter, diberi tegangan 12 volt dengan arus 10 Ampere, diukur dengan Multimeter Digital Sanwa PC-5000 (akurasinya 5desimal, grade multimeter yang terbaik dan akurat).


Dapat dilihat, kabel-kabel dengan panjang yang sama, namun dengan ketebalan yang berbeda, menghasilkan tegangan output yang berbeda.

CONTOH APLIKASI

Saya akan memasang lampu kabut (fog lamp) di bumper depan mobil saya.
Bohlam yang digunakan adalah H1 berdaya 55Watt, 12 Volt.
Maka untuk kiri dan kanan total daya yang diperlukan foglamp adalah 110watt.
Jarak accu dengan foglamp kira2 membutuhkan panjang kabel 2 meter
Maka saya cukup pakai kabel dengan ketebalan 1mm saja. Lebih tebal sedikit lebih baik tentunya.

Semoga bermanfaat sebagai referensi.

Sumber referensi:
Auto Cable – http://www.motorhomesaustralia.net
PowerStream – http://www.powerstream.com
RBE Electronics – http://www.rbeelectronics.com

Water Injection

Setelah bereksperiment dengan Water Injection Stage-1.. dirasakan konsumsi air cukup merepotkan untuk sering-sering dilihat dan ditambah.
Hal ini disebabkan karena pada kondisi mesin IDLE, atau sedang dalam kondisi macet, wa-i tetap bekerja sehingga air terus terkonsumsi, padahal pada kondisi seperti ini tidak dibutuhkan oleh mesin.
Perlu diingat wa-i digunakan untuk menghilangkan ngelitik pada saat kita memacu kendaraan dengan penuh ambisi dan semangat, dan dari situ kita tetap bisa pakai Premium walau untuk kebut-kebutan tanpa ngelitik.

Dari permasalahan di atas, perlu ditambahkan suatu sistem yang membuat wa-i hanya bekerja pada RPM atas saja.. misalnya mulai start RPM 2000 baru Wa-i aktif dan seterusnya.
Sehingga pada kondisi macet / mesin idle, air akan bisa dihemat dan tidak mubazir.

Diperlukan Solenoid sebagai katup supply air dari tangki (water reservoir), dan Auto Relay (merek Falcon) yang bisa diatur RPM berapa akan mengaktifkan solenoid.
Auto Relay dijual di toko AC Mobil, seharga 55ribu sampai 120ribu rupiah.

Auto Relay bekerja berdasarkan sinyal dari NEGATIF COIL, atau dari RPM OUTPUT CONNECTOR pada mobil-mobil yang bercoil lebih dari satu.

Diagram sederhananya adalah seperti ini..

Agar bisa dikontrol dari dalam kabin,… OFF/AUTO, maka perlu dipasang saklar dan lampu indikator.
Untuk jenis saklar dan lampu bisa disesuaikan saja dengan yang didapat atau yang cocok dengan mobilnya.

Diagramnya menjadi seperti ini..

Beginilah pada saat RPM mesin melebihi 2000RPM, maka unit Wa-i bekerja, lampu indikator menyala.

Foto di bawah adalah foto pemasangan unit Auto Relay dan Solenoid pada mesin.

Kondisi penempatan jarum+selang ke jalur Vacuum Intake.